Kamis, 11 Oktober 2012

Pencak Silat Jaman Sejarah


1.      Jaman Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas
wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang
mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas.
Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi
pula ( patih ).
Di Indonesia banyak sekali kerajaan-kerajaan yang berazaskan Hindu dan Budha
seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram, Kediri, dan Singasari dan yang cukup
terkenal adalah kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit. Berkembangnya kedua kerajaan
tersebut karena didukung oleh pemerintah yang stabil dan mempunyai pasukan yang kuat
dengan armada laut yang tangguh untuk menjaga keamanan di dalam negeri maupun dari
serangan luar negeri. Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya
mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya sehingga terkenal sampai keluar wilayah
nusantara. Bahkan pada tahun 671 I-Tsing seorang penulis dari Cina menyebutkan bahwa
Kerajaan Sriwijaya (Palembang) mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu. Berarti
antara tahun 671-691 ditaklukannya Malayu oleh Sriwijaya ini dihubungkan dengan
ekspedisi militer dari Sriwijaya sebanyak 20.000 orang yang dinyatakan dalam prastati
Kedukan Bukit tahun 683.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan tinggalnya I-Tsing bersama empat
orang Cina sejak tahun 685-695 untuk menterjemahkan naskah ajaran Budha dari bahasa
Sansekerta, selain itu tujuh guru agama Budha terkenal diantaranya Syakyakirti tinggal di
Sriwijaya. Ini membuktikan tingginya kebudayaan Indonesia terutama dibidang sastra dan
rohaniah serta adanya interaksi kebudayaan anlara bangsa-bangsa, dan bukan mustahil
mereka belajar ilmu silatnya untuk di bawa ke Tiongkok.
Dapat disimpulkan bahwa semua jenis beladiri di Asia itu bersumber di daratan Asia
Selatan terutama di pusat-pusat agama Hindu dan Budha karena Silut berazaskan agam4
sedangkan Pencaknya atas gerak dasarnya banyak mengambil cara beladiri dari binatang.
Benarkah pencak silat berasal dari Tiongkok? Jawabnya pencak silat adalah asli dari
budaya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

a..Di dalam sejarah Indonesia belum pernah disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan besar di
     nusantara itu takluk atau mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok.
b. Kerajaan-kerajaan lainnya semua di bawah kekuasaan kaisan Mongol dari Tiongkok
    bernama Jenghis Khan dan Kubhilai Khan.
c. Tahun 1293 Kubhilai Khan mengirim laskarnya ke Tuban untuk menghukum raja
    Kartanegara yang telah memotong telinga utusannya bernama Mong-Ki. Namun dengan
    bantuan Raden Wrjaya laskar Tartar lari tunggang langgang ke kapal menuju sungai
    Brantas.kembali ke Tiongkok.
d. Dengan hanya menggunakan peralatan sederhana (senjata tajam, dan panah) belum ada
    senjata api, maka teknik beladiri tangan kosong drantara pencak/silat yang digunakan
    untuk mengusir lawan. Dan sejak itu Tiongkok tidak pernah lagi menaklukkan Indonesia.


Jaman Kerajaan  Islam
Pada  jaman kerajaan  islam perdagangan  dan pelayaran  internasional sudah  berlangsung
sehingga  para pedagang dan saudagar  dari negara-negarc  Arab, Cina, serta Asia Timur
banyak  berdatangan di Indonesia.  Pada  abad ke-7  islam  telah masuk ke Cina dengan lintas
laut Arab ,Cina dan Indonesia,  pedagang Mekah sebelum  ke Cina  singgah dulu di Sumatera
sambil berdagang dan menyebarkan agama islam. Mereka selain berdagang  juga pertukaran
kebudayaan  sehingga memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa ke luar
negeri.
Perkembangan  perdagangan dan pelayaran  internasional  ini sudah dilakukan sejak
kerajaan islam yang dipimpin oleh Banu Umayah,  dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan  pada  jaman kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya  selain di negara-negara Asia Tenggara sampai ke Asia Timur.
Setelah menurunnya kekuasaan kerajaan  Sriwijaya  pada abad 7-12, maka mulai abad
l3 muncullah kerajaan  islam Samudra Pasai. Samudra Pasai mencapai puncaknya  sampai  ke
Malaka  (abad 16), setelah  runtuhnya Majapahit akibat perebutan  kekuasaan.
Pada  jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga  dari Sidoarjo
(tahun 1019-1041),  sudah mengenal  ilmu beladiri pencak silat dengan  nama 6(Eh Hok Hik',
yang artinya "Maju Selangkah Memukul".  Prabu Erlangga  ini merupakan  pendekar ulung
yang mempunyai ilmu beladiri pencak  silat yang  tinggi. Sehingga raja, bangsawan,  kesatria,

prajurit pada waktu  itu wajib belajar beladiri. Oleh karena  itu semakin  tinggi  ilmu beladiri
yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
Beberapa deretan pendekar  dan pahlawan  yang mahir pencak  silat adalah; Patih Gajah
Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan
Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,  Sunan Muria,  dan Sunan Gunung Jati).
Adapun para raja yang  tangguh  antara lain ; Panembahan  Senopati, Sultan Agung, Pangeran
Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya  adalah
; Sabai Nan Putih, dan Cut Nyak Din.

    Jaman Penjajahan
Pada jaman penjajahan  pencak  silat dipelajari  oleh punggawa  kerajaan,  kesultanan, dan para pejuang untuk menghadapi penjajah. Jaman penjajahan di bagi menjadi dua yaitu: jaman penjajahan Belanda, dan  jaman penjajahan Jepang
a. Pada  jaman penjajahan Belanda pencak silat diajarkan secara  rahasia dan
sembunyi-sembunyi,  karena takut diketahui oleh penjajah. Pendidikan  pencak silat hanya
boleh diberikan kepada  kalangan  tertentu yaitu: Sekolah Pendidikan  Pegawai Pemerintah,
Sekolah Polisi, dan Pegawai Sipil  tertentu. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran
pencak silat tersebut akhimya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran  itu
memang beralasan,  karena hampir  semua pahlawan bangsa  seperti: Cik Ditiro,  Imam
Bonjol, Fatahillah,  Pangeran Diponegoro, dan  lain-lain  adalah Pendekar Silat. Para
pendekar  biasanya mengajar 2-3 orang murid selama 3-6 tahun dengan usia  rata-rata di
atas 60 tahun. Oleh karena itu banyak perguruan-perguruan  pencak silat yang  tumbuh
tanpa diketahui oleh penjajah,  bahkan sebagian menjadi  perkumpulan  rahasia.
Pencak silat  juga dipelajari oleh banyak kaum pergerakan  politik  termasuk
beberapa  organisasi  kepanduan  nasional.
Dengan diam-diam  perguruan  pencak silat berhasil memupuk kekuatan  yang siap untuk melawan  penjajah sewaktu-waktu.  Bagi kaum pergerakan  yang ditangkap oleh penjajah  dan di buang  secara diam-diam, meteka menyebarkan beladiri pencak  silat di tempat pembuangan.  Namun  penjajah  Belanda mempunyai politik yang ampuh dalam memecah  belah antar suku bangsa  atau aliran pencak silat(devide  et impera).

b. Jaman Penjajahan Jepang
Pada penjajahan Jepang pencak silat dibebaskan  untuk  berkembang, namun di
balik  itu dimanfaatkan  demi kepentingan  Jepang  untuk menghadapi  sekutu. Bahkan
anjuran Shimitzu  diadakan  pemusatan  tenaga aliran pencak silat di seluruh  Jawa secara
serentak  yang diatur oleh pemerintah  di Jakarta. Namun pada waktu itu tidak disetujui
diciptakannya  pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina  pencak silat untuk
senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini di sebabkan akan menyaingi  senam Taysho
Jepang yang dipakai senam  setiap pagi hari.

Jaman Kemerdekaan
Sebelum  Indonesia  merdeka  pencak  silat ikut andil dalam perjuangan  bangsa  dalam melawan penjajah  baik Belanda maupun penjajah  Jepang. Hal ini dibuktikan  pada masa penjajahan  sudah banyak bermunculan  nama-nama perguruarV aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam melawan penjajah.
Kemahiran ilmu beladiri  pencak silat ini terus dipupuk guna melawan  penjajah  secara gerilya pada jaman  kemerdekaan.  Perguruan-perguruan  pencak silat pada waktu  itu sibuk untuk menggembleng  tentara dan rakyat,  disamping  itu pesantren-pesantren,  gereja-gereja, dan tempat-tempat  ibadah selain untuk beribadah juga digunakan  untuk  latihan beladiri pencak silat. Sebagai contoh perang  fisik bulan Nopember tahun 1945 di Surabaya  dalam melawan  sekutu,  banyak menampilkan pejuang  yang gagah perwira dari Pondok Pesantren Tebu  Ireng, Gontor, dan Jamsaren.

Dari hasil yang diperoleh para pemimpin  bangsa dan para pendekar  pada waktu  itu
menyadari  bahwa pelajaran  pencak  silat berhasil memupuk semangat  juang  dan menggalang persaudaraan  yang erat. Oleh karena  itu setelah proklamasi kemerdekaan  tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya  dua kali, maka pencak silat dimanfaatkan  lagi secara maksimal  guna menghadapi  serangan Belanda.
Pada masa pemberontakan  politik PKI Madiun, dan Darul  Islam atau DI/ TII,
kemahiran  beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strstegi Pagar Betis, yaitu
pengepungan pemberontak  oleh para tentara bersama  rakyat yang telah dibekali  ilmu
beladiri

READ MORE - Pencak Silat Jaman Sejarah
1.      Jaman Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas
wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang
mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas.
Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi
pula ( patih ).
Di Indonesia banyak sekali kerajaan-kerajaan yang berazaskan Hindu dan Budha
seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram, Kediri, dan Singasari dan yang cukup
terkenal adalah kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit. Berkembangnya kedua kerajaan
tersebut karena didukung oleh pemerintah yang stabil dan mempunyai pasukan yang kuat
dengan armada laut yang tangguh untuk menjaga keamanan di dalam negeri maupun dari
serangan luar negeri. Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya
mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya sehingga terkenal sampai keluar wilayah
nusantara. Bahkan pada tahun 671 I-Tsing seorang penulis dari Cina menyebutkan bahwa
Kerajaan Sriwijaya (Palembang) mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu. Berarti
antara tahun 671-691 ditaklukannya Malayu oleh Sriwijaya ini dihubungkan dengan
ekspedisi militer dari Sriwijaya sebanyak 20.000 orang yang dinyatakan dalam prastati
Kedukan Bukit tahun 683.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan tinggalnya I-Tsing bersama empat
orang Cina sejak tahun 685-695 untuk menterjemahkan naskah ajaran Budha dari bahasa
Sansekerta, selain itu tujuh guru agama Budha terkenal diantaranya Syakyakirti tinggal di
Sriwijaya. Ini membuktikan tingginya kebudayaan Indonesia terutama dibidang sastra dan
rohaniah serta adanya interaksi kebudayaan anlara bangsa-bangsa, dan bukan mustahil
mereka belajar ilmu silatnya untuk di bawa ke Tiongkok.
Dapat disimpulkan bahwa semua jenis beladiri di Asia itu bersumber di daratan Asia
Selatan terutama di pusat-pusat agama Hindu dan Budha karena Silut berazaskan agam4
sedangkan Pencaknya atas gerak dasarnya banyak mengambil cara beladiri dari binatang.
Benarkah pencak silat berasal dari Tiongkok? Jawabnya pencak silat adalah asli dari
budaya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

a..Di dalam sejarah Indonesia belum pernah disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan besar di
     nusantara itu takluk atau mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok.
b. Kerajaan-kerajaan lainnya semua di bawah kekuasaan kaisan Mongol dari Tiongkok
    bernama Jenghis Khan dan Kubhilai Khan.
c. Tahun 1293 Kubhilai Khan mengirim laskarnya ke Tuban untuk menghukum raja
    Kartanegara yang telah memotong telinga utusannya bernama Mong-Ki. Namun dengan
    bantuan Raden Wrjaya laskar Tartar lari tunggang langgang ke kapal menuju sungai
    Brantas.kembali ke Tiongkok.
d. Dengan hanya menggunakan peralatan sederhana (senjata tajam, dan panah) belum ada
    senjata api, maka teknik beladiri tangan kosong drantara pencak/silat yang digunakan
    untuk mengusir lawan. Dan sejak itu Tiongkok tidak pernah lagi menaklukkan Indonesia.


Jaman Kerajaan  Islam
Pada  jaman kerajaan  islam perdagangan  dan pelayaran  internasional sudah  berlangsung
sehingga  para pedagang dan saudagar  dari negara-negarc  Arab, Cina, serta Asia Timur
banyak  berdatangan di Indonesia.  Pada  abad ke-7  islam  telah masuk ke Cina dengan lintas
laut Arab ,Cina dan Indonesia,  pedagang Mekah sebelum  ke Cina  singgah dulu di Sumatera
sambil berdagang dan menyebarkan agama islam. Mereka selain berdagang  juga pertukaran
kebudayaan  sehingga memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa ke luar
negeri.
Perkembangan  perdagangan dan pelayaran  internasional  ini sudah dilakukan sejak
kerajaan islam yang dipimpin oleh Banu Umayah,  dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan  pada  jaman kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya  selain di negara-negara Asia Tenggara sampai ke Asia Timur.
Setelah menurunnya kekuasaan kerajaan  Sriwijaya  pada abad 7-12, maka mulai abad
l3 muncullah kerajaan  islam Samudra Pasai. Samudra Pasai mencapai puncaknya  sampai  ke
Malaka  (abad 16), setelah  runtuhnya Majapahit akibat perebutan  kekuasaan.
Pada  jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga  dari Sidoarjo
(tahun 1019-1041),  sudah mengenal  ilmu beladiri pencak silat dengan  nama 6(Eh Hok Hik',
yang artinya "Maju Selangkah Memukul".  Prabu Erlangga  ini merupakan  pendekar ulung
yang mempunyai ilmu beladiri pencak  silat yang  tinggi. Sehingga raja, bangsawan,  kesatria,

prajurit pada waktu  itu wajib belajar beladiri. Oleh karena  itu semakin  tinggi  ilmu beladiri
yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
Beberapa deretan pendekar  dan pahlawan  yang mahir pencak  silat adalah; Patih Gajah
Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan
Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,  Sunan Muria,  dan Sunan Gunung Jati).
Adapun para raja yang  tangguh  antara lain ; Panembahan  Senopati, Sultan Agung, Pangeran
Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya  adalah
; Sabai Nan Putih, dan Cut Nyak Din.

    Jaman Penjajahan
Pada jaman penjajahan  pencak  silat dipelajari  oleh punggawa  kerajaan,  kesultanan, dan para pejuang untuk menghadapi penjajah. Jaman penjajahan di bagi menjadi dua yaitu: jaman penjajahan Belanda, dan  jaman penjajahan Jepang
a. Pada  jaman penjajahan Belanda pencak silat diajarkan secara  rahasia dan
sembunyi-sembunyi,  karena takut diketahui oleh penjajah. Pendidikan  pencak silat hanya
boleh diberikan kepada  kalangan  tertentu yaitu: Sekolah Pendidikan  Pegawai Pemerintah,
Sekolah Polisi, dan Pegawai Sipil  tertentu. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran
pencak silat tersebut akhimya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran  itu
memang beralasan,  karena hampir  semua pahlawan bangsa  seperti: Cik Ditiro,  Imam
Bonjol, Fatahillah,  Pangeran Diponegoro, dan  lain-lain  adalah Pendekar Silat. Para
pendekar  biasanya mengajar 2-3 orang murid selama 3-6 tahun dengan usia  rata-rata di
atas 60 tahun. Oleh karena itu banyak perguruan-perguruan  pencak silat yang  tumbuh
tanpa diketahui oleh penjajah,  bahkan sebagian menjadi  perkumpulan  rahasia.
Pencak silat  juga dipelajari oleh banyak kaum pergerakan  politik  termasuk
beberapa  organisasi  kepanduan  nasional.
Dengan diam-diam  perguruan  pencak silat berhasil memupuk kekuatan  yang siap untuk melawan  penjajah sewaktu-waktu.  Bagi kaum pergerakan  yang ditangkap oleh penjajah  dan di buang  secara diam-diam, meteka menyebarkan beladiri pencak  silat di tempat pembuangan.  Namun  penjajah  Belanda mempunyai politik yang ampuh dalam memecah  belah antar suku bangsa  atau aliran pencak silat(devide  et impera).

b. Jaman Penjajahan Jepang
Pada penjajahan Jepang pencak silat dibebaskan  untuk  berkembang, namun di
balik  itu dimanfaatkan  demi kepentingan  Jepang  untuk menghadapi  sekutu. Bahkan
anjuran Shimitzu  diadakan  pemusatan  tenaga aliran pencak silat di seluruh  Jawa secara
serentak  yang diatur oleh pemerintah  di Jakarta. Namun pada waktu itu tidak disetujui
diciptakannya  pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina  pencak silat untuk
senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini di sebabkan akan menyaingi  senam Taysho
Jepang yang dipakai senam  setiap pagi hari.

Jaman Kemerdekaan
Sebelum  Indonesia  merdeka  pencak  silat ikut andil dalam perjuangan  bangsa  dalam melawan penjajah  baik Belanda maupun penjajah  Jepang. Hal ini dibuktikan  pada masa penjajahan  sudah banyak bermunculan  nama-nama perguruarV aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam melawan penjajah.
Kemahiran ilmu beladiri  pencak silat ini terus dipupuk guna melawan  penjajah  secara gerilya pada jaman  kemerdekaan.  Perguruan-perguruan  pencak silat pada waktu  itu sibuk untuk menggembleng  tentara dan rakyat,  disamping  itu pesantren-pesantren,  gereja-gereja, dan tempat-tempat  ibadah selain untuk beribadah juga digunakan  untuk  latihan beladiri pencak silat. Sebagai contoh perang  fisik bulan Nopember tahun 1945 di Surabaya  dalam melawan  sekutu,  banyak menampilkan pejuang  yang gagah perwira dari Pondok Pesantren Tebu  Ireng, Gontor, dan Jamsaren.

Dari hasil yang diperoleh para pemimpin  bangsa dan para pendekar  pada waktu  itu
menyadari  bahwa pelajaran  pencak  silat berhasil memupuk semangat  juang  dan menggalang persaudaraan  yang erat. Oleh karena  itu setelah proklamasi kemerdekaan  tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya  dua kali, maka pencak silat dimanfaatkan  lagi secara maksimal  guna menghadapi  serangan Belanda.
Pada masa pemberontakan  politik PKI Madiun, dan Darul  Islam atau DI/ TII,
kemahiran  beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strstegi Pagar Betis, yaitu
pengepungan pemberontak  oleh para tentara bersama  rakyat yang telah dibekali  ilmu
beladiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar